15
Petunjuk Menguatkan Iman
Muhammad
Shalih Al Munajjid, bit tasharruf waz zi
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya
akan tetap terus berada dalam keimanan
sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha
menguatkan keimanan kita. Tulisan ini
insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
Tsabat
(kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim. Karena itu tema ini penting dibahas.
Ada beberapa alasan mengapa tema ini
begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.
Pertama,
pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal
itu sangat berpotensi menggerogoti iman.
Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak,
bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat,
karena kerusakan manusia di segala
bidang telah menjadi fenomena umum.
Kedua,
banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam
di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini
jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu
menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap
memiliki kekuatan iman.
Ketiga,
pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda: "Dinamakan hati
karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan
oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul
Jami' no. 2361)
Maka,
mengukuhkan hati yang senantiasa
berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan. Dan sungguh Allah Maha
Rahman dan Rahim kepada hambaNya.
Melalui Al Qur'an dan
Sunnah
RasulNya Ia memberikan petunjuk
bagaimana cara mencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan
Sunnah
untuk memelihara kekuatan dan keteguhan
iman kita.
1.
Akrab dengan Al Qur'an
Al
Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai
tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung
yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang-teguh dengan Al Qur'an niscaya
Allah
memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah
menyela-matkannya; dan siapa yang
mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Orang-orang kafir berkata, mengapa
Al Qur'an itu tidak diturunkan kepa-danya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara
tartil (teratur dan benar)." (Al Furqan: 32-33)
Beberapa
alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah:
Pertama,
Al Qur'an menanamkan keimanan dan
mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat.
Kedua,
ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai
penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat
hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah.
Ketiga,
Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu,
seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an
sebagai ukuran kebenaran.
Keempat,
Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan
orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam
lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat:
"Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu
dan tidak (pula) benci kepadamu." (Adl Dluha: 3) (Syarh Nawawi,12/156). Orang yang akrab
dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua
perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada
perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya- menjadikan Al Qur'an
berikut tafsirnya sebagai obyek utama
kegiatannya menuntut ilmu.
2.Iltizam
(komitmen) terhadap syari'at Allah
Allah
berfirman: "Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akherat. Dan
Allah menyesatkan orang-orang yang
zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim:
27)
Di
ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud. "Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan
kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di
atas kebenaran)." (An Nisa': 66)
Karena
itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah
berkata:-"Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal
shalih sedang yang dimaksud dengan
kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)
Maka
jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan
memiliki keteguhan iman. Karena itu,
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan
itu sedikit, demikian pula halnya dengan
para sahabat. Komitmen untuk senan-tiasa
menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh,
dan iman pun menjadi teguh.
3.
Mempelajari Kisah Para Nabi
Mempelajari
kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman
seseorang. Secara khusus Allah
me-nyinggung masalah ini dalam firman-Nya: "Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar
dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman." (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim
Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al
Qur'an: "Mereka berkata, bakarlah dia dan
bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan
menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.
Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling
merugi." (Al Anbiya': 68-70)
Bukankah
hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat
atas izin Allah? Dan bukankah dengan
demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu, kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar
menghadapi kezhaliman Fir'aun demi
menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi
Musa? Tak sedikit umat Islam sudah
merasa tak punya jalan karena kondisi
ekonomi yang kurang menguntungkan
misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya.
Lalu mereka mencari-cari alasan
mengabsahkan tindakannya yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di
antara umat Islam (termasuk ulamanya)
yang menjadi tuli,
buta
dan bisu sehingga tidak melakukan amar
ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebalik-nya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status
quo (mengang-gap yang ada sudah baik dan
tak perlu diubah).
Bukankah
dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang
penuh dengan perjuangan menegakkan dan
meneguh-kan iman itu kita menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal
dari perilaku kita yang menjauhinya.
Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang diridhaiNya.
4.
Berdo'a
Di
antara sifat hamba-hamba Allah yang
beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam
firmanNya: " Ya Rabb, janganlah
Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau
beri petunjuk kepada kami." (Ali
Imran: 8) "Ya Rabb kami, berilah
kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir."
(Al Baqarah: 250) Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari
Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati
yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia
kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad) Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
banyak memanjatkan do'a berikut ini
terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.
"Wahai
(Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi) Banyak lagi
do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati
untuk berdo'a utamanya agar iman kita
diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.
5.
Dzikir kepada Allah
Dzikir
kepada Allah merupakan amalan yang
paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara
dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut
dalam firmanNya:
"Hai
orang-orang yang beriman, bila kamu
memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah
sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45) Dalam
ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad.
Ingatlah Yusuf Alaihis Salam! Dengan apa
ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika
menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan
kalimat ma'adzallah (aku berlindung
kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda? Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan
keteguhan iman kepada orang-orang yang
beriman. (Bersambung...)
6.
Menempuh Jalan Lurus
Allah
berfirman: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia
dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain)
sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)
Dan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu
golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)
Dari
sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang
mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14
abad dari datangnya Islam cukup banyak
membuat terkotak-kotaknya pemahaman
keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti
dalam praktek keberaga-maan kita?
Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan
RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang
autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam
kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi,
hasan). Itulah yang mesti kita ikuti, tidak
penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya maje-muk dan
terbatas. Tradisi pemahaman itu
selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam
termino-logi (istilah) Islam selanjutnya
dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para
salafus shalih.
Orang
yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai
keanekaragaman paham, sebab mereka telah
yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah,
mereka akan senantiasa bingung dan ragu.
Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah
ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke
murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita
berpegang teguh dengan manhaj (jalan)
yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.
7.
Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah
(pendidikan) yang semestinya dilalui oleh
setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada
empat macam. Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf
(takut), raja' (pengharapan) dan
mahabbah (kecin-taan) kepada Allah serta untuk
menghi-langkan kekeringan hati yang disebab-kan oleh jauhnya dari
Al Qur'an dan Sunnah.
Tarbiyah
Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan
berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang
tercela. Tarbiyah Wa'iyah, yaitu
pendidi-kan untuk mempelajari siasat
orang-orang
jahat,
langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa
yang
terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang
benar.
Tarbiyah
Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang
membimbing
seorang
muslim setingkat demi setingkat menuju
kesempurnaannya,
dengan
program dan perencanaan yang matang. Bukan
tarbiyah yang
dilakukan
dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah
beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya.
Berbagai
tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki
iman baja, bahkan
membentuk
mereka menjadi generasi terbaik sepanjang
masa.
8.
Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak
dipungkiri bahwa seorang muslim yang
bertambah keyakinannya
terhadap
jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah
wal Jamaah maka
ber-tambah
pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun
di antara usaha
yang
dapat kita lakukan untuk mencapai
keyakinan kokoh terhadap jalan
hidup
yang kita tempuh adalah:
Pertama,
kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah
jalan
para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih.
Kedua,
kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran
yang
kita pegang, sebagai-mana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan
kesejahteraan
atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS.
27: 59)
Bagaimana
perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita
sebagai benda
mati,
binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang
fasik, orang Islam yang
tidak
mau berdakwah atau da'i yang sesat?
Mudah-mudahan kita berada
dalam
keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus
Sunnah wal Jamaah yang
sesungguhnya.
9.
Berdakwah
Jika
tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk
menggerakkan
jiwa maka perlu dicari-kan medan yang tepat. Di antara
medan
pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah
merupakan
tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.
Maka
tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa
manusia,
bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat
dipastikan akan
disibukkan
oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa
bertambah dan
berkurang.
Jika seorang da'i menghadapi berbagai
tantangan dari ahlul
bathil
dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia
tetap terus berdakwah maka
Allah
akan semakin menambah dan mengokohkan
keimanannya.
10.
Dekat dengan Ulama
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Di
antara manusia ada orang-orang yang
menjadi kunci kebaikan dan
penutup
kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no.
237, hasan)
Senantiasa
bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan
iman
seseorang.
Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan
menimpa
kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum
muslimin melalui
ulama.
Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al
Madini Rahima-hullah: "Di
hari
riddah (pemurtadan) Allah telah
memuliakan din ini dengan Abu Bakar
dan
di hari mihnah (ujian) dengan Imam
Ahmad."
Bila
mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim
mendatangi
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan
berbagai
nasehatnya.
Serta-merta kegundahannya pun hilang berganti
dengan
kelapangan
dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
11.
Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin
pernah terjadi, seseorang tertimpa
musibah dan meminta
pertolongan
Allah, tetapi pertolongan yang
ditunggu-tunggu itu tidak
kunjung
datang, bahkan yang dialaminya hanya
bencana dan ujian. Dalam
keadaan
seperti ini manusia banyak membutuh-kan
tsabat agar tidak
berputus
asa. Allah berfirman:
"Dan
berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar
pengikutnya
yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang
menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah
(kepada
musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada
do'a
mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan
kami yang berlebihan dalam urusan kami.
Tetapkanlah
pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang
kafir. Karena itu
Allah
memberikan kepada mereka pahala di dunia dan
pahala yang baik di
akherat.
" (Ali Imran: 146-148)
12. Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah
berfirman:
"Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan
orang-orang kafir
yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran:
196)
"Dan
demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al
Qur'an (supaya jelas jalan
orang-orang
shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan
orang-orang yang
berbuat
jahat (musuh-musuh Islam)." (Al
An'am: 55)
"Dan
Katakanlah, yang benar telah datang dan
yang batil telah sirna,
sesungguhnya
yang batil itu pastilah lenyap."
(Al Isra': 81)
Berbagai
keterangan ayat di atas sungguh
menentramkan hati setiap
orang
beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan
sirna dan kebenaran
akan
menang akan mengukuhkan seseorang untuk
tetap teguh berada
dalam
keiman-annya.
13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.
Akhlak
pendukung tsabat yang utama adalah
sabar. Sebagaimana sabda
Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam:
"Tidak
ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih
baik
dan lebih luas daripada kesabar-an." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa
kesabaran iman yang kita miliki akan mudah
terombang-ambingkan
oleh
berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar
termasuk senjata utama
mencapai
tsabat.
14.
Nasehat Orang Shalih
Nasehat
para shalihin sungguh amat penting artinya bagi
keteguhan iman.
Karena
itu, dalam segala tindakan yang akan kita
lakukan hendaklah kita
sering-sering
meminta nasehat mereka. Kita perlu
meminta nasehat
orang-orang
shalih saat mengalami berbagai ujian,
saat diberi jabatan,
saat
mendapat rezki yang banyak dan
lain-lain. Bahkan seorang sekaliber
Imam
Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat
nasehat saat menghadapi
ujian
berat oleh intimidasi penguasa yang
tiranik. Bagaimana pula halnya
dengan
kita?
15.
Merenungi Nikmatnya Surga
Surga
adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan,
kegembiraan dan
suka-cita.
Ke sanalah tujuan pengemba-raan kaum
muslimin. Orang yang
meyakini
adanya pahala dan Surga niscaya akan
mudah menghadapi
berbagai
kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap
tsabat dalam
keteguhan
dan kekuatan imannya.
Dalam
meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa
Sallam
sering mengingatkan mereka dengan
kenikmatan Surga. Ketika
melewati
Yasir, istri dan anaknya Ammar yang
sedang disiksa oleh kaum
musyrikin
beliau mengatakan: "Bersa-barlah
wahai keluarga Yasir, tempat
kalian
nanti adalah Surga (HR. Al
Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus
meneguh-kan
keimanan
kita sehingga Allah menjadikan kita
khusnul khotimah.amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar